Teori Dasar Perancangan Geometrik Jalan
Friday
arsitektur,
geometrik jalan,
jalan,
konstruksi,
perancangan jalan,
percangan geometrik,
perencanaan jalan,
struktur,
teknik sipil,
teori geometrik
Parameter - parameter yang menjadi dasar perancangan geometrik adalah ukuran kendaraan, keceparan rencana, volume dan kapasitas, dan tingkat pelayanan yang diberi oleh jalan tersebut. Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan dalam perancangan sehingga menghasilkan geometrik jalan memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.
Syarat-syarat yang diperlukan oleh jalan raya terutama adalah untuk memperoleh :
a. Permukaan yang rata dengan maksud agar lalu lintas dapat berjalan dengan lancar.
b. Mampu memikul berat kendaraan beserta beban yang ada diatasnya.
c. Dapat dilalui dengan aman dan nyaman sesuai dengan rencana.
Dewasa ini manusia telah mengenal sistem perencanaan jalan yang baik dan mudah dikerjakan serta pola perencanaannya yang makin sempurna. Meskipun demikian, seorang teknik sipil selalu dituntut untuk dapat merencanakan suatu lintasan jalan yang paling efektif dan efisien dari alternatif-alternatif yang ada, dengan tidak mengabaikan fungsi-fungsi dasar dari jalan. Oleh karena itu, dalam merencanakan suatu lintasan jalan, seorang teknik sipil harus mampu menyesuaikan keadaan dilapangan dengan teori-teori yang ada, sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal.
Pada dasarnya, perencanaan konstruksi jalan raya terdiri dari beberapa bagian besar. Bagian-bagian itu adalah perencanaan geometrik jalan, perencanaan perkerasan material jalan dan perencanaan dalam pembangunan serta administrasinya.
a. Perencanaan Geometrik Jalan
Terdiri dari ukuran-ukuran jalan serta bentuk-bentuk lintasan yang diperlukan. Ukuran-ukuran tersebut mencakup lebar bagian-bagian jalan dan fasilitasnya yang dikaitkan dengan kendaraan dan kelincahan geraknya, tinggi mata pengemudi, rintangan dan sebagainya. Bentuk permukaan dan lintasan dikaitkan dengan keamanan jalan dan lalu lintas.
b. Perencanaan Perkerasan/ Material Jalan
Perkerasan adalah lapisan jalan yang diperlukan untuk memenuhi syarat-syarat utama jalan yaitu permukaan jalan harus mampu memikul berat kendaraan dan dapat melalui dengan kecepatan tinggi. Perkerasan ini dibuat dari material-material alam.
c. Perencanaan Pembangunan dan Administrasi Jalan Raya
Pelaksanaan pembangunan jalan sangat memerlukan ketrampilan tersendiri sesuai dengan jenis jalan dan kemudahan yang ada, baik dari segi material, tenaga (ahli), peralatan dan waktu. Sehingga dalam semua proses tersebut diperlukan suatu administrasi tersendiri.
1. Anonim, 1970, Peraturan Perencanaan geometrik Jalan Raya, Direktorat Jenderal Bina Marga.
2. R.A. Bukhari, Maimunah., 2005, Perencanaan Trase jalan Raya, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
3. Sukirman, S., 1999, Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Penerbit Nova, Bandung.
a. Permukaan yang rata dengan maksud agar lalu lintas dapat berjalan dengan lancar.
b. Mampu memikul berat kendaraan beserta beban yang ada diatasnya.
c. Dapat dilalui dengan aman dan nyaman sesuai dengan rencana.
Dewasa ini manusia telah mengenal sistem perencanaan jalan yang baik dan mudah dikerjakan serta pola perencanaannya yang makin sempurna. Meskipun demikian, seorang teknik sipil selalu dituntut untuk dapat merencanakan suatu lintasan jalan yang paling efektif dan efisien dari alternatif-alternatif yang ada, dengan tidak mengabaikan fungsi-fungsi dasar dari jalan. Oleh karena itu, dalam merencanakan suatu lintasan jalan, seorang teknik sipil harus mampu menyesuaikan keadaan dilapangan dengan teori-teori yang ada, sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal.
Pada dasarnya, perencanaan konstruksi jalan raya terdiri dari beberapa bagian besar. Bagian-bagian itu adalah perencanaan geometrik jalan, perencanaan perkerasan material jalan dan perencanaan dalam pembangunan serta administrasinya.
a. Perencanaan Geometrik Jalan
Terdiri dari ukuran-ukuran jalan serta bentuk-bentuk lintasan yang diperlukan. Ukuran-ukuran tersebut mencakup lebar bagian-bagian jalan dan fasilitasnya yang dikaitkan dengan kendaraan dan kelincahan geraknya, tinggi mata pengemudi, rintangan dan sebagainya. Bentuk permukaan dan lintasan dikaitkan dengan keamanan jalan dan lalu lintas.
b. Perencanaan Perkerasan/ Material Jalan
Perkerasan adalah lapisan jalan yang diperlukan untuk memenuhi syarat-syarat utama jalan yaitu permukaan jalan harus mampu memikul berat kendaraan dan dapat melalui dengan kecepatan tinggi. Perkerasan ini dibuat dari material-material alam.
c. Perencanaan Pembangunan dan Administrasi Jalan Raya
Pelaksanaan pembangunan jalan sangat memerlukan ketrampilan tersendiri sesuai dengan jenis jalan dan kemudahan yang ada, baik dari segi material, tenaga (ahli), peralatan dan waktu. Sehingga dalam semua proses tersebut diperlukan suatu administrasi tersendiri.
Begitu juga dengan perhitungan pada geometrik jalan dilakukan dengan beberapa tinjauan. Peninjauan ini meliputi penentuan lintasan, alinyemen horizontal, alinyemen vertikal, penampang melintang, dan kubikasi.
1. Penentuan trase rencana
Penentuan lintasan dilakukan berdasarkan peta topografi yang disediakan, dimana titik asal (origin) dan tujuan (destination) telah ditentukan, dilakukan pencarian lintasan.
Langkah awal adalah memperhatikan situasi medan, kontur tersebut terus ditelusuri untuk mencari lintasan yang sesuai dengan PPGJR (Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya) No. 13 tahun 1970 serta ketentuan-ketentuan lain yang diberikan dalam tugas rancangan ini.
2. Perencanaan alinyemen horizontal
Perencanaan alinyemen horizontal merupakan perencanaan tikungan lengkap komponen-komponennya. Dalam perencanaan tikungan meliputi Spiral-Circle-Spiral (S-C-S) dan Full Circle (FC).
3. Perencanaan alinyemen vertikal
Perencanaan alinyemen vertikal ini didasarkan pada beberapa syarat, yaitu syarat keamanan, kenyaman dan drainase untuk ,masing-masing beda kelandaian yang ada.
4. Penentuan volume galian (cut) dan timbunan (fill)
Penentuan volume galian dan timbunan berdasarkan proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal (alinyemen horizontal) dan proyeksi sumbu jalan bidang vertikal (alinyemen vertikal) yang telah direncanakan, dapat digambarkan penampang melintang jalan pada setiap stasioner yang diinginkan. Dalam tugas perencanaan ini, penampang melintang jalan digambarkan untuk setiap jarak 100 m. Volume galian dan timbunan ditentukan berdasarkan penampang melintang jalan yang telah digambarkan tersebut.
Cut dan fill yaitu pemotongan dan penimbunan pada keadaan tanah/muka tanah yang telah ditentukan. Pada keadaan cut, tanah digunakan untuk mengisi ke daerah fill dan apabila tidak cukup/kurang maka dapat diambil dari borrow pit, seandainya kelebihan dapat dibuang ke disposal place.
Penentuan lintasan dilakukan berdasarkan peta topografi yang disediakan, dimana titik asal (origin) dan tujuan (destination) telah ditentukan, dilakukan pencarian lintasan.
Langkah awal adalah memperhatikan situasi medan, kontur tersebut terus ditelusuri untuk mencari lintasan yang sesuai dengan PPGJR (Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya) No. 13 tahun 1970 serta ketentuan-ketentuan lain yang diberikan dalam tugas rancangan ini.
2. Perencanaan alinyemen horizontal
Perencanaan alinyemen horizontal merupakan perencanaan tikungan lengkap komponen-komponennya. Dalam perencanaan tikungan meliputi Spiral-Circle-Spiral (S-C-S) dan Full Circle (FC).
3. Perencanaan alinyemen vertikal
Perencanaan alinyemen vertikal ini didasarkan pada beberapa syarat, yaitu syarat keamanan, kenyaman dan drainase untuk ,masing-masing beda kelandaian yang ada.
Penentuan volume galian dan timbunan berdasarkan proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal (alinyemen horizontal) dan proyeksi sumbu jalan bidang vertikal (alinyemen vertikal) yang telah direncanakan, dapat digambarkan penampang melintang jalan pada setiap stasioner yang diinginkan. Dalam tugas perencanaan ini, penampang melintang jalan digambarkan untuk setiap jarak 100 m. Volume galian dan timbunan ditentukan berdasarkan penampang melintang jalan yang telah digambarkan tersebut.
Cut dan fill yaitu pemotongan dan penimbunan pada keadaan tanah/muka tanah yang telah ditentukan. Pada keadaan cut, tanah digunakan untuk mengisi ke daerah fill dan apabila tidak cukup/kurang maka dapat diambil dari borrow pit, seandainya kelebihan dapat dibuang ke disposal place.
2. R.A. Bukhari, Maimunah., 2005, Perencanaan Trase jalan Raya, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
3. Sukirman, S., 1999, Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Penerbit Nova, Bandung.
0 Response to "Teori Dasar Perancangan Geometrik Jalan"
Post a Comment
Komentarlah dengan bahasa yang baik :
1. No SARA
2. No SPAM