Seni dan Estetika
Barret (1982) menyatakan seni sebagai suatu proses yang lebih dari pada bentuk fisik. Barret memberikan satu syarat mendasar dari seni yang ia katakan sebagai sifat dasar seni, yaitu:
- Elemen Konsep
Pada elemen ini mempersyaratkan adanya ide, gerak hati (impulse), dan perasaan.
- Elemen Operasional
Elemen ini meliputi media, materi, dan teknik.
- Elemen Sintesis
Elemen ini merupakan dinamika visualisasi bentuk yang diarahkan pada struktur bentuk yang digunakan untuk menyampaikan konsep melalui materi-materi.
Dengan demikian seni merupakan karya manusia yang melibatkan ide, gagasan, gerak hati, perasaan, pikiran, membuat, menyusun, memproses sehingga menghasilkan satu ujud visual yang memiliki nilai keindahan dan menimbulkan perasaan (subjektif).
Penilaian Keindahan
Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut memengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda.
Konsep the beauty and the ugly
Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan dan the ugly, suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.
Apa Sebenarnya Keindahan Itu
Asitektur merupakan hasil karya yang mempunyai seni dan keindahan dalam ungkapan fisiknya, sedangkan hubungan kita dengan objek arsitektural dirasakan sebagai komunikasi inderawi atas hasil karya tersebut. Arsitektur memberikan arti dan makna pda bentuk yang disandangnya, sedang keindahan terhimpun dalam keselarasan yang diungkapkan oleh lingkungan alam sekitarnya.
Kalau kita kembali pada teori keindahan yang ada, berarti kembali pada teori “objektif” dan teori “subjektif”. Dalam teori objektif dikatakan bahwa keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetis adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada benda (hasil karya) indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pada teori subjektif menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan pada suatu benda (hasil karya) sesungguhnya tidak ada, yang ada hanyalah tanggapan perasaan dalam diri seseorang yang mengamati benda tersebut. Dari kedua teori tadi dapat terlihat pula bagaimana keindahan suatu bangunan atau dengan kata lain keindahan arsitektur yang nyata.
- Pertama, nilai keindahan itu dapat tercipta dengan terpenuhinya asas-asas tertentu mengenai bentuk pada karya arsitektur tersebut.
- Kedua, tergantung dari pencerapan pengamatan kita. Meskipun dinyatakan bahwa sesuatu karya arsitektur mempunyai nilai keindahan (estetis), hal ini dapat diartikan bahwa pengamatan kita memperoleh suatu pengalaman estetis sebagai tanggapan terhadap hasil karya (arsitektur).
Ada pendapat lain yang diberikan oleh Wladyslaw Tatarkiewics dalam “the Great Theory of Beauty” mengatakan, keindahan terdiri dari perimbangan dari bagian-bagian, lebih tepat perimbangan dan susunan dari bagian-bagian, atau lebih tepat lagi terdiri dari ukuran, peramaan dan jumlah dari bgian-bgian serta hubungan satu sama lainnya.
Sebenarnya apa yang terkandung di dalam bentuk estetis terutama yang terkandung di dalam karya seni (arsitektur) menurut DeWitt H. Parker dalam bukunya “The Principles of Aesthetics (1920)” memerinci aesthetic form menjadi enam asas adalah:
- The principle of organic unity (asas kesatuan utuh). Asas ini diartikan bahwa setiap unsur dalam suatu karya seni adalah perlu bagi karya itu, dan karya tersebut tidak memuat unsur-unsur yang tidak perlu sebaliknya mengandung semua yang diperlukan.
- The principle of theme (asas tema). Di dalam setiap karya seni terdapat satu atau beberapa ide induk atau peranan yang unggul berupa apa saja (bentuk, warna, pola irama, tokoh atau makna) yang menjadi titik pusat dari nilai keseluruhan karya tersebut.
- The principle of thematic variation (asas variasi). Tema dari suatu karya seni haruslah mengumandangkannya. Agar tidak membosankan maka perlu adanya variasi.
- The principle of balance (asas keseimbangan). Keseimbangan adalah kesamaan dari unsur-unsur yang berlawanan atau bertentangan. Di dalam karya seni meskipun unsur-unsurnya nampak bertentangan tetapi sesungguhnya saling memerlukan karena bersama-sama menciptakan kebulatan.
- The principle of evolution (asas perkembangan). Dengan asas ini dimaksudkan bahwa kesatuan dari proses pada bagian awal-awalnya menentukan bagian-bagian selanjutnya, dan bersama-sama menciptakan suatu makna yang menyeluruh.
- The principle of hierarchy (asas tata jenjang). Merupakan penyusunan khusus dari unsur-unsur dalam asas-asas tersebut.
Saling interpretasi antara keindahan dan arsitektur dapat kita jumpai dalam semua karya arsitektur baik yang tradisional maupun yang modern. Semua akan memberikan arti tersendiri bagi manusia yang mengamati atau mengalami hasil karya tersebut. Secara simplisitis memang perlu ditinjau lebih dalam lagi, sejauh mana arsitektur menimbulkan getaran keindahan dalam hati kita. Keindahan adalah fungsi yang berguna: “tanpa kita tidaklah praktis dapat dikatakan indah”.
Kesimpulan
Kesimpulan
Sebenarnya sederhana saja. Seni, bisa berupa karya tetapi juga bisa berupa cara. Seni sebagai karya mengacu pada hasil dari kegiatannya. Contoh : Lukisan, Patung, Puisi, Novel, Cerpen, Arsitektur.
Seni sebagai cara mengacu pada bagaimana mengahasilkan sesuatu dalam bentuk yang kita atau seseorang inginkan. Contoh : Melukis memakai jari, melukis memakai badan, memakai rambut. Lukisan dari daun-daun. Membaca puisi sambil berdiri diatas satu kaki, Berpidato, berorasi dst.
Seni amat luas, sebagai sesuatu karya maupun sebagai suatu cara. Estetika, mengacu pada keindahan dari sebuah karya. Seperti, keindahan sebuah bangunan, sebuah jembatan! Keindahan sebuah lukisan.
Bedanya, Seni tidak terikat dan bebas! Sementara Estetika, sangat terikat pada nilai-nilai yang sudah ditentukan sebelumnya!
0 Response to "Seni dan Estetika"
Post a Comment
Komentarlah dengan bahasa yang baik :
1. No SARA
2. No SPAM