Neo Classic SMA 1 Banda Aceh
Bangunan SMA Negeri 1 Banda Aceh terletak di jalan Prof. A. Majid Ibrahim I, No. 7 Banda Aceh (dulunya bernama Explanade Area). Bangunan publik belanda ini dibangun dengan gaya kuil Yunani klasik atau Neo-Classic.
Bangunan ini dulu merupakan MULO School pada masa kolonial belanda atau Freemasons lodge yang kemudian pada tahun 1946 keseluruhan bangunan digunakan sebagai bagian dari MULO School. Mulo school dibangun pada awal tahun 1920 dan dimiliki oleh pemerintah Belanda selama pendudukan belanda di Koetaraja (nama lama kota Banda Aceh) dan sekarang bangunan ini milik Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh.
MULO merupakan singkatan dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (pendidikan dasar), yang menjadi istilah pendidikan formal di Belanda, juga diimplementasikan di Indonesia sampai tahun 1960. Ada 3 jenis tingkat sekolah pada waktu itu di Belanda. MULO adalah sama dengan sekolah menengah.
Latar Belakang Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan dari manusia, berkaitan dengan berbagai segi kehidupan antara lain: Seni, Teknik, tata ruang, Geografi dan Sejarah. Pembagian sejarah Arsitektur juga berdasar pada perkembangan budaya yang terlihat antara lain dari adanya pembagian periode: kolonial dan Pasca kolonial. Kolonialisme timbul karena ditemukan sistem transportasi laut dan teknologi yang lebih maju dari masa sebelumnya. Sehingga orang-orang Eropa dapat mencapai dan menguasai daerah lain diseluruh dunia termasuk daratan Asia untuk dijadikan jajahannya, terutama Indonesia.
Arsitektur klasik ialah suatu bentuk arsitektur dimana didalamnya terdapat gaya-gaya arsitektural diantaranya arsitektur Yunani, Romawi, Kristen Awal, Bisantine, Caroligan atau Romanesque, Gotik, Renaisance, Art Nouveau, Barok dan Rokoko, Neoklasik dan Eklektik. Puncak dari arsitektur klasik yaitu pada jaman Renaisance, Barok dan Rokoko, yang meskipun ciri-cirinya san- gat khas, namun elemen-elemen klasik jaman sebelumnya terutama Yunani dan Romawi menjadi bagian yang tidak terpisahkan didalamnya. Elemen-elemen yang dimaksud dalam aliran yang menjadi puncak arsitektur klasik tersebut, antara lain kolom dan bagian-bagiannya, pilaster, entablature, pediment, cornice, tympanum dan banyak lainnya.
Neo-Classic - Art Nouveau
Art Nouveau adalah salah satu gaya arsitektur yang berkembang pada masa Neo-Classic (Yunani-Romawi). Perkembangan Arsitektur di Eropa dan Dunia Internasional dari akhir Abad ke-18 (Neo-Klasik dan Ekletik) dan selama Abad ke-19 (Modernisme) merupakan suatu pergerakan yang signifikan dalam bidang arsitektur barat. Mulai dari kejenuhan akan gaya-gaya klasik, pada masa-masa sebelumnya arsitektur dianggap hanya suatu bentuk dari seni dan perasaan. Namun pada masa itulah terjadi suatu revolusi yang dikenal dengan revolusi industri yang terjadi di Inggris yang memulai dunia dengan era baru yaitu era pabrikasi. Perkembangan politik di Eropa berdasarkan Konvensi Wina (1815) membentuk banyak negara kerajaan baru di sana.
Para arsitek memberi peluang untuk membangun: Istana, Gereja, Perlemen, Museum, Universitas, Perpustakaan, Gedung Konser, Gedung opera, “green House”, yang kebanyakan diciptakan oleh para arsitek yang cenderung menerapkan gaya Klasikisme mesikipun secara konstruksi menerapkan bahan bangunan hasil industri. Arsitektur eropa pada abad itu bersifat Ekletik dengan banyak bangunan elitnya yang terjebak dalam gaya dari masa lalu atau disebut Neo-Klasikisme.
Arsitektur pada era Neo-Klasik tersebar di berbagai benua dengan ciri khas dari masing masing negara induk (bangsa Eropa yang sedang berdaulat). Di Indonesia, arsitektur gaya ini dibawa oleh pemerintah Hindia-Belanda yang ketika itu berkuasa. Bangsa Belanda pun merasa berkepentingan untuk membuat bangunan-bangunan sebagai fasilitas penunjang kegiatan mereka selama di Indonesia. Jadi arsitektur klasik maupun neo-klasik yang diterapkan pada bangunan tersebut adalah masih mengikuti gaya arsitektur atau langgam yang sedang berlaku di Negara asal mereka. Gaya arsitektur ini biasanya banyak diterapkan pada bangunan yang bersifat pemerintahan hal ini dikarenakan pada masa mereka mulai menguasai dan memonopoli perdagangan di Indonesia tentu mereka juga ingin memiliki kekuasaan atas kewilayahan Indonesia untuk itu mereka merasa perlu untuk membuat suatu pemerintahan sebagai landasan yang kuat untuk menguasai suatu wilayah. Namun seiring dengan proses adaptasi dari interaksi dengan masyarakat pribumi, maka makin beragam bangunan yang dibuat dengan fungsi yang berbeda-beda pula.
Ciri-ciri gaya arsitektur klasik yang dominan di indonesia biasanya bergaya Yunani hingga Romawi dengan ciri-ciri antara lain bagian depan bangunan memiliki pilar-pilar silindris yang berukuran cukup besar, secara umum memiliki atap tidak terlalu curam , jendela berukuran besar, memiliki tympanum pada bagian Entablature, biasanya bangunan berwarna putih untuk memberi kesan megah pada bangunan, walaupun selama pendudukan Belanda juga berkembang gaya arsitektur klasik lainnya seperti kristen awal, byzantium, art nouveau, renaissance dan sebagainya.
Objek
Nama
Objek
|
Bangunan
SMA 1 Banda Aceh
|
Lokasi
|
Prof.
A. Majid Ibrahim I, No. 7 Banda Aceh
|
Peruntukan
Bangunan Masa Lalu
|
Sekolah
Menengah Atas
|
Tahun
Dibangun/Didirikan
|
1920
|
Sekilas kita lihat tampak fasad depan SMAN 1 Banda Aceh seperti kuil pantheon dengan pilar-pilar silindris pada masa Neo-Classic yang melambangkan kemegahan pada masanya. Metode konstruksi yang diterapkan adalah: struktur beton, struktur kayu, konstruksi dinding bata dan atap seng. Dari ciri-ciri material beton dan fasadnya saja sudah menyerupai bangunan kasik yang dibawa oleh pemerintah Hindia - Belanda.
Ketika mengamati ruang, kondisi bangunan umumnya masi cukup baik. Strukturnya masih kokoh, hanya atap seng yang sudah diganti karen karatan, lantai granit juga masih dalam kondisi bagus, hanya lantai dua bangunan yang telah dirubah dengan lantai keramik.
Bangunan ini melambangkan metamorfosis klasikisme eropa baik dari fasad bangunan, bentuk pintu utama, jendela maupun materialnya.
Bangunan SMAN 1 ini termasuk kedalam ciri-ciri Neo-Classic sebagai berikut:
- Garis-garis bersih, elegan, penampilan yang rapi (uncluttered).
- Simetris.
- Kolom-kolom yang berdiri bebas.
Prototipe yang umumnya dicontoh adalah arsitektur kuil. Hal ini dikarenakan arsitektur kuil dianggap sebagai bentuk paling murni dari arsitektur klasik. Kolom pada kuil benar-benar berfungsi untuk menopang bangunan (bukan dekorasi). Jadi dapat disimpulkan pada Arsitektur Neoklasik, fungsi dari kolom benar-benar menopang, bukan hanya dekorasi atau kolom yang berdiri bebas dan menopang entablatur. Garis atap umumnya datar dan horisontal, jarang ada menara dengan fasade yang cenderung panjang dan datar akibat dari efek dari kolom yang berjajar. Proporsi klasik pada eksterior sangat penting dimana pintu dan jendela tidak mengurangi kesempurnaan nilai-nilai arsitektur klasik meskipun diletakkan di belakang kolom-kolom depan. Pintu dan jendela tidak menjadi elemen skluptural.
Referensi :
Hasil survey lapangan.
Inventory of Aceh Heritage Building and Site by Aceh Heritage Community Foundation, 2003.
0 Response to "Neo Classic SMA 1 Banda Aceh"
Post a Comment
Komentarlah dengan bahasa yang baik :
1. No SARA
2. No SPAM